Raisa Kamila

Raisa Kamila lahir dan besar di Banda Aceh. Setelah lulus dari Fakultas Filsafat UGM, ia melanjutkan pendidikan di program studi Sejarah Global dan Kolonial, Leiden University pada tahun 2015.

Bersama kolektif Perkawanan Perempuan Menulis, ia menerbitkan buku “Tank Merah Muda: Cerita-Cerita yang Tercecer dari Reformasi” (2019). Buku kumpulan ceritanya, “Bagaimana Cara Mengatakan ‘Tidak’?”, diterbitkan Buku Mojok (2020).

Raisa Kamila adalah peneliti dan penulis asal Aceh yang saat ini berdomisili di Bandung. Merantau ke Yogyakarta pada tahun 2010 hingga 2015 untuk menempuh pendidikan di jurusan Filsafat Universitas Gadjah Mada. Tidak lama setelah menyelesaikan masa pendidikan di Yogyakarta, Raisa melanjutkan perantauannya ke Belanda pada tahun 2015 hingga 2017 untuk meneruskan pendidikan di Universitas Leiden.

Di sana, ia mendepatkan dua gelar pendidikan, gelar sarjana (Bachelor of Art) di jurusan Sejarah dan gelar pasca sarjana (Master of Art) di jurusan Sejarah Kolonial dan Global. Sebagai Peneliti dan Penulis, karya-karyanya kerap membahas tentang Aceh dan Perempuan.

Kiki Sulistyo (lahir 16 Januari 1978) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal luas melalui karya-karya sastranya berupa cerita pendek dan puisi yang dipublikasikan di sejumlah surat kabar. Kiki Sulistyo merupakan salah satu penyair yang menerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2017, pada kategori Puisi, melalui karyanya, Di Ampenan, Apa Lagi yang Kau Cari?. Tahun yang sama, penghargaan juga diberikan kepada Mahfud Ikhwan untuk kategori Prosa melalui karyanya, Mahfud Ikhwan dan Nunuk W. Kusmiana untuk kategori Karya Perdana atau Kedua melalui bukunya, Lengking Burung Kasuari. Bersama sejumlah kawan mendirikan dan mengelola Komunitas Akarpohon. Suatu komunitas nonsanggar yang mengupayakan penerbitan buku, kelas menulis, dan proyek-proyek seni lainnya. Sehari-hari dia mengelola Akarpohon, suatu komunitas non-sanggar yang menggiatkan kerja penciptaan, diskusi, dan dokumentasi sastra serta proyek-proyek seni lainnya.

Kiki Sulistyo lahir di Ampenan, Lombok. Telah menerbitkan tujuh buku puisi dan tiga buku cerpen. Mendapat penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa (2017), serta buku sastra pilihan Tempo (2018, 2021).

Bibliografi :

• Hikayat Lintah (Akarhujan, 2014)
• Rencana Berciuman (Halindo, 2015)
• Penangkar Bekisar (Nuansa Cendekia, 2015)

Ratri Ninditya adalah penyair dan penulis cerita pendek.

Menulis puisi dan cerita pendek yang mempersoalkan ilusi pilihan kelas menengah dan beban ganda perempuan perkotaan. Tulisannya terbit dalam buku Rusunothing (Gramedia Pustaka Utama, 2019), The Book of Jakarta (Comma Press, 2020), to let the light in: an anthology of life and death (APHPCN, 2021) serta di Kumparanplus dan Vice Indonesia.
Selain menulis, setelah menyelesaikan studi magister Gender and Cultural Studies di University of Sydney, Ninin juga bekerja sebagai peneliti kebijakan seni. Fokus penelitiannya pada kerja afektif, hauntologi kebijakan, dan kebebasan berkesenian.

Buku puisi pertamanya, Rusunothing (2019) masuk daftar pendek Kusala Sastra Khatulistiwa 2020.

Satu cerita pendeknya diterbitkan dalam kumpulan cerpen The Book of Jakarta (Comma Press, 2020)

Niduparas Erlang, lahir di Serang, Banten, 11 Oktober 1986. Menulis cerpen, novel, esai, kritik sastra.

Novel Burung Kayu (Teroka Press, 2020)—merupakan “Naskah yang Menarik Perhatian Dewan Juri” Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2019 dan meraih Kusala Sastra Khatulistiwa 2020 kategori prosa.

Kumpulan cerpen La Rangku (Selasar & DKJT, 2011)—pemenang Sayembara Manuskrip Cerpen Festival Seni Surabaya 2011 dan telah diterjemahkan ke bahasa Inggris dan bahasa Jerman.

Kumpulan cerpen Penanggung Tiga Butir Lada Hitam di Dalam Pusar (Berjaya Buku, 2015)—pemenang Sayembara Menuskrip Cerpen Siwa Nataraja Award 2015.

Kumpulan cerpen La Rangku: Yang Terlahir dari Keriangan dan Kehilangan (Gramedia, 2017)—penerbitan ulang dua kumpulan cerpen sebelumnya.

Ia menyelesaikan pendidikan pascasarjana pada Departemen Ilmu Susastra (Peminatan Kajian Tradisi Lisan), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Indonesia.

Pernah mengikuti Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) pada 2012, Bengkel Penulisan Esai Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) pada 2014, Residensi Penulis Indonesia dari Komite Buku Nasional (KBN) pada 2018, Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) pada 2019, Festival Pembaca Indonesia pada 2021.

Ia mengelola Komunitas Aing, fasilitator Laboratorium Banten Girang, direktur Festival Seni Multatuli (FSM) 2021 di Rangkasbitung, dan tenaga pengajar pada Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang.

Baru-baru ini, cerpennya yang telah diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Annie Tucker, dimuat dalam antologi cerpen yang dieditori Anitha Devi Pillai di bawah judul: An Asian Tapestri of Colors; A Collection of Contemporery Short Stories (Marshall Cavendish International, 2021).

Saat ini ia sedang melakukan riset untuk dokumentasi pengetahuan/karya maestro carita pantun Sunda dari Baduy atas dukungan dana dari Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Program Fasilitasi Bidang Kebudayaan tahun anggaran 2021.

Lahir di Surabaya, 3 Juni, dan menamatkan pendidikan S1-nya di Sastra Inggris Binus University. Pecinta warna pink dan bulan purnama ini mulai menulis cerpen profesional sejak 2002. Karya-karyanya dimuat di majalah Kawanku, Aneka Yess!, Ummi, Horison, Esquire, Tribun Jabar, Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, dan lain-lain. Sejauh ini telah menelurkan buku After Rain (GagasMedia,2013), Kedai Bianglala (Grasindo,2014), dan Perfect Pain (GagasMedia,2015). Selain menulis fiksi, saat ini bekerja sebagai guru bahasa Inggris di SMP-SMA Harapan Bangsa, Tangerang dan penerjemah lepas.

Karya-karya Anggun Prameswari =

• Second Chance Series: Revenge , terbit Februari 2018
• Hush Little Baby , terbit Maret 2018
• After Rain , terbit 2013
• dll

Memulai karir menulis sejak 2002

Telah menulis banyak cerpen yang dimuat di tabloid, majalah dan koran lokal dan nasional.
Novel dan kumpulan cerpen tunggalnya diantaranya After Rain (2013), Kedai Bianglala (2014), Perfect Pain (2015), Hush Little Baby (2018), dan Second.